Mohon mengisi form komentar...guna perkembangan Blog ini

Sabtu, 17 Juli 2010

Masjid Luar Batang,Jakarta,Indonesia


Masjid Luar Batang
Didirikan oleh seorang mujahid muda Islam yang hijrah dari Hadhramaut, Yaman Selatan sekitar tahun 1716-1756 M. Beliau adalah Habib Husein bin Abu Bakar Al-Idrus.
Ketika tiba di daerah Luar Batang yang kala itu masih rawa-rawa, Habib Husein mendirikan surau atau musholah. Tempat ini ia maksudkan agar bisa menjadi tempat ibadah, dan sekaligus dakwah.
Suatu malam, Habib Husein dikejutkan dengan kedatangan seseorang yang basah kuyup. Ternyata, ia seorang Tionghoa yang sedang dalam pengejaran tentara VOC. Habib pun menampung orang ini dalam musholahnya.
Siangnya, tentara VOC mendatangi musholah tersebut untuk menangkap sang pelarian. Tapi, Habib Husein mencegah. “Aku akan melindungi tawanan ini dan akulah sebagai jaminannya," tegas Habib begitu lantang.
Mendapati ketegasan dari seorang yang berpengaruh di daerah itu, tentara VOC pun mengalah. Haru dengan pembelaan Habib Husein, sang pelarian yang non muslim pun akhirnya masuk Islam. Dan ia menjadi pembantu Habib dalam menyiarkan agama Islam di daerah itu.
Suatu hari, pada tanggal 17 Ramadhan tahun 1169 Hijriah, bertepatan dengan 27 Juni 1756 M, Allah swt. memanggil Habib Husein dalam usia kurang lebih 30-40 tahun.
Ketika itu, Belanda melarang keras para pendatang dimakamkan di daerah itu. Mereka harus dimakamkan di Tanahabang. Konon, sudah tiga kali warga yang mengusung kurung batang Habib Husein ke Tanahabang selalu mendapatinya kosong, dan tiga kali itu juga jenazah Habib berada di musholah itu.
Akhirnya, Belanda lagi-lagi mengalah. Dan membolehkan Habib Husein dimakamkan di kawasan musholah tersebut. Sejak itulah, tempat itu dinamakan musholah luar batang, yang kemudian dipugar menjadi Masjid Luar Batang.
Daerah Luar Batang artinya daerah di luar batang besar (groote boom) yang menutup pelabuhan pada malam hari, merupakan tanah endapan dan ukuran yang semakin menjorok keutara. Pada peta-peta Batavia lama. daerah disebelah utara tembok kota dan kali yang menghubungkan kali besar dan Muara Baru, terbentuk perlahan-lahan antara taun 1650 dan 1700. Sejak awal tahun 1730-an daerah ini sangat tidak sehat, karena nyamuk yang berkembang biak dalam tambak ikan di pantai utara, menyebarkan malaria.
Pada tahun 1916 telah dicatat diatas pintu masjid, bahwa gedung ini selesai dibangun pada 20Muharam 1152 H yang sama dengan 29 April 1739*** Qiblat masjid ini kurang tepat dan ditentukan lebih persis oleh Muh. Arshad al-Banjari (w. 1812) waktu singgah perjalanan pulang dari Hejaz ke Banjar pada tahun 1827. Masjid ini kurang berkiblat, sama seperti Masjid Kebon Sirih dan Cikini. Oleh karena itu, ada penulis (mis. Abubakar Atjeh) yang beanggapan, bahwa semula ruang masjid ini adalah bekas rumah kediaman orang, yang kemudian digunakan sebagai mushola atau masjid.
Pada sebuah batu dalam Masjid Luar Batang ditulis, bahwa 'al Habib Husein bin Abubakar Bin Abdillah al-Alaydrus yang telah wafat pada hari kamis 27 Puasa 1169 berkebetulan 24 Juni 1756. Batu ini dibuat antara tahun 1886 dan 1916. sebab, L.W.C, Van Berg dalam buku yang termasyur tentang orang Hadhramaut, menyebut, bahwa Habib Husein baru wafat 1798 (!). sedangkan Ronkel sudah menyebut batu peringatan tersebut dalam karangannya yang diterbitkan pada tahun 1916.*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar